Quantcast
Channel: Pondok Pesantren Al-Khoirot
Viewing all articles
Browse latest Browse all 124

Madrasah Diniyah Al-Khoirot

$
0
0

Madrasah Diniyah Al-khoirot

Madrasah Diniyah (Madin) Al-Khoirot adalah sekolah khusus ilmu agama yang merupakan salah satu program unggulan Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang. Adanya program madrasah diniyah yang menjadi program wajib bagi seluruh santri ini menunjukkan bahwa pesantren Al-Khoirot adalah pesantren salaf. Madin ini didirikan pertama kali oleh Kyai Syuhud Zayyadi pada sekitar tahun 1964 dengan nama Madrasah Ibtidaiyah Annasyiatul Jadidah. Itu artinya, madrasah ini berdiri setahun setelah awal pendirian pesantren Al-Khoirot pada tahun 1963.

DAFTAR ISI

  1. PROFIL SINGKAT
  2. SEJARAH MADRASAH DINIYAH ANNASYIATUL JADIDAH AL-KHOIROT
  3. BEDA MADRASAH DINIYAH DAN MADRASAH FORMAL
    1. Persamaan antara Madin dan Formal
    2. Perbedaan antara Madin dan Formal
  4. TINGKATAN PENDIDIKAN MADRASAH DINIYAH AL-KHOIROT
    1. Madin Ibtidaiyah
    2. Madin Tsanawiyah
    3. Madin Aliyah (Ma’had Aly)
  5. PENGERTIAN MADRASAH DINIYAH
  6. MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH (MDT)
  7. POLA PENYELENGGARAAN MADRASAH DINIYAH


PROFIL SINGKAT MADIN AL-KHOIROT

Madrasah Diniyah Al-Khoirot

Piagam Pendirian Madrasah Diniyah  Al-Khoirot

Nama: Madrasah Annasyiatul Jadidah Al-Khoirot
Nomor registrasi: 412350736655
Tahun berdiri: 1964
Level pendidikan; I’dad, Ula, Wustho (Ibtidaiyah), Ulya (Tsanawiyah), Ma’had Aly (Aliyah).
Jenis siswa: Putra dan putri
Lokasi: Jalan Kyai Haji Syuhud Zayyadi No. 01, Karangsuko, Pagelaran, Malang 64174
Yayasan: Yayasan Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang
Level pendidikan: Ibtidaiyah, Tsanawiyah, Ma’had Aly (Aliyah).
Materi kajian: Quran, hadits, Gramatika Bahasa Arab, fiqih, tauid, akhlak, tajwid, tarikh, tasawuf.
Kitab kajian Mahad Aly: Tafsir Ayat Ahkam Ash-Shobuni, Ibanatul Ahkam Syarah Bulughul Maram, Ihya, Jam’ul Jawamik


SEJARAH MADRASAH DINIYAH ANNASYIATUL JADIDAH PONPES AL-KHOIROT

Madrasah Diniyah Annasyiatul Jadidah didirikan pada tahun 1964 oleh Kyai Haji Syuhud Zayyadi dengan nama lengkap Madrasah Ibtidaiyah Annasyiatul Jadidah Al-Khoirot. Madrasah Diniyah atau disingkat Madin adalah langkah modernisasi pendidikan pesantren salaf yang awalnya hanya memakai sistem Wetonan/Bandongan, dan Sorogan. Kedua sistem ini adalah sistem yang sangat tradisional di mana santri dan kyai langsung berinteraksi dalam satu tempat, biasanya di masjid, tanpa ada pemisahan berdasarkan kelas dan kemampuan dasar santri.madrasah diniyah Al-Khoirot

Dengan didirikannya sistem klasikal dalam lembaga yang disebut madrasah diniyah, maka sistem belajar mengajar bisa lebih efektif dan efisien di mana proses belajar mengajar dibagi berdasarkan kemampuan santri dan jumlah murid dibatasi di setiap kelasnya. Selain itu, evaluasi dan ujian pun diadakan secara berkala setiap kwartal (empat bulan) atau semester (enam bulan) sekali.

Dengan adanya madrasah diniyah, maka tugas mengajar tidak hanya dipikul oleh kyai, tapi sudah didelegasikan kepada para guru yang menjadi kepanjangan tangan dari pengasuh.

BEDA MANDRASAH DINIYAH DAN MADRASAH FORMAL

Istrilah madrasah dipakai untuk dua sistem pendidikan yang sama sekali berbeda. Yang pertama, madrasah diniyah, sedang yang kedua madrasah formal.

Persamaan Madrasah Diniyah dan Formal

Madrasah Diniyah Al-KhoirotAda sedikit persamaan antara madrasah diniyah dan formal walaupun persamaan ini bersifat periferal dan tidak signifikan. Berikut beberapa di antaranya:

a) Sama dalam segi nomenklatur tingkatannya. Baik madrasah diniyah maupun madrasah formal sama-sama memiliki tiga tingkatan pendidikan yaitu madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah dan madrasah aliyah.

b) Keduanya sama-sama bisa berada dalam naungan suatu pesantren. Karena sebuah pesantren bisa memiliki madrasah diniyah dan madrasah formal sekaligus. Umumnya ini terjadi pada sebuah pesantren yang menganut sistem salaf dan modern seperti Pesantren Al-Khoirot.

Perbedaan antara Madrasah Diniyah dan Formal

Persamaan antara Madrasah Diniyah dan Formal hanya terbatas pada nama. Secara substansi, kedua institusi pendidikan ini sama sekali berbeda. Berikut beberapa di antaranya:

a) Madrasah diniyah hanya mengkaji ilmu agama sedangkan madrasah formal lebih banyak mengkaji ilmu umum (70%) sedangkan ilmu agamanya hanya 30% itupan memakai bahasa Indonesia.

b) Madrasah diniyah memakai kurikulum sendiri dan karena itu materi kajiannya berbeda-beda pada setiap madrasah begitu juga kualitasnya, sedangkan madrasah formal memiliki kurikulum yang seragam dan berada di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag).

c) Madrasah Diniyah pasti swasta karena dikelola swasta, sedangkan madrasah formal bisa negeri atau bisa juga swasta sebagaimana SMP, SMA, dan SMK.

d) Madrasah Diniyah tidak memiliki persamaan dengan sekolah umum, sedangkan madrasah formal memiliki keseteraan dengan sekolah umum yang lain baik secara yuridis formal maupun pengakuan. Misalnya, Madrasah Ibtidaiyah (MI) formal setara dengan Sekolah Dasar (SD), Madrasah Tsanawiyah (MTs) setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Aliyah setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA) atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), perguruan tinggi agama seperti IAIN atau UIN setara dengan Universitas dengan berbagai stratanya.

e) Umumnya madrasah diniyah berada di dalam kompleks pesantren dan menjadi bagian integral dan tak terpisahkan dari sistem pendidikan pesantren salaf. Sedangkan madrasah formal umumnya berdiri sendiri dan tak terkait dengan pesantren atau kalau ada di dalam kompleks pesantren itu menjadi simbol dari sistem pesantren modern.

f) Penentuan kelas di madrasah diniyah bagi siswa baru adalah berdasarkan tes kemampuan dasar ilmu agama, sedangkan di madrasah formal penempatan kelas ditentukan berdasarkan ijazah terakhir atau raport terkini bagi siswa yang pindah kelas dari sekolah yang berbeda sebagaimana biasa terjadi pada sekolah umum.

g) Madrasah diniyah mengandalkan kualitas hasil yang didapat selama belajar tanpa mengharapkan ijazah atau sertifikat apapun, sedangkan madrasah formal lebih mengandalkan ijazah yang diperoleh.

h) Ijazah Madrasah diniyah tidak diakui negara maupun institutsi pendidikan lain yang setara atau di atasnya, sedangkan madrasah formal diakui oleh negara dan lulusannya dapat melanjutkan pendidikan ke institusi pendidikan lain yang setara atau di atasnya. Misalnya, lulusan MTS (Madrasah Tsanawiyah) formal dapat melanjutkan ke SMA atau SMK. Lulusan MA formal dapat melanjutkan ke fakultas kedokteran atau teknis atau sosial di universitas negeri atau swasta manapun; sedangkan lulusan madrasah diniyah tidak bisa.

i) Materi yang dikaji di madrasah diniyah umumnya berbahasa Arab (kitab kuning), sedangkan ilmu agama yang dikaji di madrasah formal memakai bahasa Indonesia.

TINGKATAN PENDIDIKAN MADRASAH DINIYAH AL-KHOIROT

Madrasah Diniyah (Madin) Annasyiatul Jadidah Al-Khoirot terdiri dari tiga tingkatan yaitu Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah (Ma’had Aly).

Madrasah Diniyah Ibtidaiyah

Madrasah Diniyah Ibtidaiyah adalah tingkatan paling dasar. Pada tingkat ibtidaiyah ini program pendidikan ditempuh selama enam tahun mulai dari kelas 1 (I’dad 1), kelas 2 (I’dad 2), kelas 3 (Ula 1), kelas 4 (Ula 2), kelas 5 (Wustho 1), kelas 6 (Wustho 2).

Materi Kajian Madin Ibtidaiyah

1. Ajurumiyah
2. Mutammimah
3. Taqrib
4. Fathul Qorib
5. Bulughul Marom
6. Tajwid
7. Tarikh Khulasoh Nurul Yaqin
8. Taklimul Muta’allim
9. Baca Quran tartil metode Usmani

Materi Kajian Madin Ibtidaiyah secara lebih spesifik adalah sbb:

I’DAD I: Al-Quran Juz Amma, Aqidatul Awam, baca Al-Quran metode Usmani.
I’DAD II: Matan Jurumiyah, Amtsilah Tashrifiyah, baca Al-Quran metode Usmani.
ULA I: Matan Jurumiyah, Amtsilah Tashrifiyah, Mabadi’ Fiqhiyah Juz I, Al-Akhlaq lil Banin Juz I, Hadits 101 Budi Luhur
ULA II: Matan Jurumiyah, Tashrif Izzi, Bimbingan baca kitab, Jawahirul Kalamiyah, Al-Akhlaq lil Banin II, Mabadi’ Fiqhiyah III dan IV.
WUSTHO I: Fathul Qorib, Matan Mutammimah, Nadzam Maqsud, Faraidh, Bulughul Marom
WUSTHO II: Fathul Qorib, Mutammimah, Nadzam Maqsud, Ushul Fiqh, Faraidh, Bulughul Marom


Madrasah Diniyah Tsanawiyah

Madrasah Diniyah Tsanawiyah adalah pendidikan khusus agama untuk lanjutan tingkat pertama dan kedua.

sejak tahun ajaran 2015/2016 ini akan terjadi sejumlah perubahan yang cukup signifikan antara lain:
a. Santri Madin Tsanawiyah akan menjalani ujian semester ganjil dan genap.
b. Lulusan Madin Tsanawiyah akan diwisuda.
c. Jumlah hari masuk akan ditingkatkan menjadi hampir setiap hari dalam seminggu kecuali hari Jum’at.

Materi Kajian

Sejak periode 2015/2016, materi kajian mengalami sedikit perubahan yang lengkapnya sebagai berikut:

Tingkat Ulya 1

Materi kajian:
– Kitab Ushul Fiqih karya Abdul Wahab Kholaf Bagian 1 (paruh pertama).
– Kitab Asrar Al-Balaghah wa Dalail Al-I’jaz karya Abdul Qohir Al-Jurjani Bagin 1 (paruh pertama).
– Kitab Fiqih Al-Muhadzab karya Al-Syairozi
– Kitab Fiqih Fathul Wahab karya Al-Anshori
– Kitab fiqih Iqna’ karya Al-Syarbini Al-Khotib

Tingkat Ulya 2

Materi kajian:
– Kitab Ushul Fiqih karya Abdul Wahab Kholaf Bagian 2 (separuh kedua).
– Kitab Asrar Al-Balaghah wa Dalail Al-I’jaz karya Abdul Qohir Al-Jurjani Bagian 2 (paruh kedua).
– Kitab Fiqih Al-Muhadzab karya Al-Syairozi
– Kitab Fiqih Fathul Wahab karya Al-Anshori
– Kitab fiqih Iqna’ karya Al-Syarbini

Madrasah Diniyah Aliyah (Ma’had Aly)

Madrasah Diniyah Aliyah atau Ma’had Aly adalah tingkatan tertinggi dari program madrasah diniyah. Lebih detail lihat: Ma’had Aly Al-Khoirot


SEJARAH DAN PENGERTIAN MADRASAH DINIYAH SECARA UMUM

Madrasah Diniyah Al-KhoirotSejarah Islam di Indonesia memperlihatkan bahwa pendidikan keagamaan di sini tumbuh dan berkembang seiring dengan dinamika kehidupan masyarakat Muslim. Selama kurun waktu yang panjang, pendidikan keagamaan Islam berjalan secara tradisi, berupa pengajian al-Qur’an dan pengajian kitab, dengan metode yang dikenalkan (terutama di Jawa) dengan nama sorogan, bandongan dan halaqah. Tempat belajar yang digunakan umumnya adalah ruang-ruang masjid atau tempat-tempat shalat “umum” yang dalam istilah setempat disebut: surau, dayah, meunasah, langgar, rangkang, atau mungkin nama lainnya.

Perubahan kelembagaan paling penting terjadi setelah berkembangnya sistem klasikal, yang awalnya diperkenalkan oleh pemerintah kolonial melalui sekolah-sekolah umum yang didirikannya di berbagai wilayah Nusantara. Di Sumatera Barat pendidikan keagamaan klasikal itu dilaporkan dipelopori oleh Zainuddin Labai el-Junusi (1890-1924), yang pada tahun 1915 mendirikan sekolah agama sore yang diberi nama “Madrasah Diniyah” (Diniyah School, al-Madrasah al-Diniyah) (Noer 1991:49; Steenbrink 1986:44). Sistem klasikal seperti rintisan Zainuddin berkembang pula di wilayah Nusantara lainnya, terutama yang mayoritas penduduknya Muslim. Di kemudian hari lembaga-lembaga pendidikan keagamaan itulah yang menjadi cikal bakal dari madrasah-madrasah formal yang berada pada jalur sekolah sekarang. Meskipun sulit untuk memastikan kapan madrasah didirikan dan madrasah mana yang pertama kali berdiri, namun Departemen Agama (dahulu Kementerian Agama) mengakui bahwa setelah Indonesia merdeka sebagian besar sekolah agama berpola madrasah diniyahlah yang berkembang menjadi mad-rasah-madrasah formal (Asrohah 1999:193). Dengan perubahan tersebut berubah pula status kelembagaannya, dari jalur “luar sekolah” yang dikelola penuh oleh masyarakat menjadi “sekolah” di bawah pembinaan Departemen Agama.

Meskipun demikian tercatat masih banyak pula madrasah diniyah yang mempertahankan ciri khasnya yang semula, meskipun dengan status sebagai pendidikan keagamaan luar sekolah. Pada masa yang lebih kemudian, mengacu pada Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 1964, tumbuh pula madrasah-madrasah diniyah tipe baru, sebagai pendidikan tambahan berjenjang bagi murid-murid sekolah umum. Madrasah diniyah itu diatur mengikuti tingkat-tingkat pendi-dikan sekolah umum, yaitu Madrasah Diniyah Awwaliyah untuk murid Sekolah Dasar, Wustha untuk murid Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, dan ‘Ulya untuk murid Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Madrasah diniyah dalam hal itu dipandang sebagai lembaga pendidikan keagamaan klasikal jalur luar sekolah bagi murid-murid sekolah umum. Data EMIS (yang harus diperlakukan sebagai data sementara karena ketepatan-nya dapat dipersoalkan) mencatat jumlah madrasah diniyah di Indonesia pada tahun ajaran 2005/2006 seluruhnya 15.579 buah dengan jumlah murid 1.750.010 orang.

UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang ditindaklanjuti dengan disyahkannya PP No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan keagamaan memang menjadi babak baru bagi dunia pendidikan agama dan keagamaan di Indonesia. Karena itu berarti negara telah menyadari keanekaragaman model dan bentuk pendidikan yang ada di bumi nusantara ini.

MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH (MDT)

PERHATIAN: Tulisan tentang Madrasah Diniyah Takmiliyah di bawah ini hanya sebagai informasi saja dan tidak ada kaitannya dengan sistem pendidikan madrasah diniyah di Ponpes Al-Khoirot.

Madrasah Diniyah Takmiliyah ialah suatu sutu pendidikan keagamaan Islam nonformal yang menyelenggarakan pendidikan Islam sebagai pelengkap bagi siswa pendidikan umum. Untuk tingkat dasar (diniah takmiliya awaliyah) dengan masa belajar 6 tahun.

Untuk menengah atas (diniah takmiliyah wustha) masa belajar tiga tahun, untuk menengah atas (diniyah ulya) masa belajar selama tiga tahun dengan jumlah jam belajar minimal 18 jam pelajaran dalam seminggu

Madrasah Diniyah (MD – MADIN) atau pada saat ini disebut Madrasah Diniyah Takmiliah (MDT) adalah lembaga pendidikan Islam yang dikenal sejak lama bersamaan dengan masa penyiaran Islam di Nusantara. Pengajaran dan pendidikan Islam timbul secara alamiah melalui proses akulturasi yang berjalan secara halus, perlahan sesuai kebutuhan masyarakat sekitar.


POLA PENYELENGGARAAN MADRASAH DINIYAH

Madrasah diniyah di Indonesia mempunyai banyak pola penyelenggaraan. Secara garis besar ada 5 (lima) pola, yaitu : Madrasah Diniyah Suplemen, Madrasah Diniyah Independen, Madrasah Diniyah komplementer, Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah Sistem Paket. Namun demikian, tidak semua daerah Kabupaten atau Kota mempunyai madrasah dengans emua model penyelenggaraan sebagaimana di atas. Yang paling banyak berdiri di berbagai daerah adalah Madrasah Diniyah Suplemen dan Madrasah Diniyah di Pondok Pesantren.

(1) Sebagian besar kurikulum madrasah diniyah mengacu pada kurikulum pondok pesantren afeliasi dan juga kurikulum Departemen Agama dengan melakukan modifikasi seperlunya. Modifikasi kurikulum ini dikaitkan dengan kondisi riil masyarakat dan perkembangan serta kebutuhan siswa; (2) Ada tiga masalah utama yang sekarang dihadapi madrasah diniyah, yaitu : kekurangan dana, tingkat ekonomo dan pendidikan orang tua siswa relatif rendah, dan adanya kecenderungan menjadi “anak tiri” di masyarakat. “Pusat kekuasaan” di madrasah diniyah berada pada Kepala Madrasah atau Khadimul Madrasah, bukan pada kyai. Meskipun hampir semua madrasah diniyah telah mempunyai struktur kepengurusan yang lengkap, bahkan dari struktur itu juga telah dijabarkan tugas masing-masing pengurus melalui job description secara jelas dan operasional, tetapi banyak dari pengurus yang kurang fungsional, sehingga seringkali persoalan madrasah lebih bertumpu pada khadimul madrasah; (3) Pada pengajaran secara klasikal, para guru menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi dan latihan, sedang untuk pengajaran individual mengguanakn sorongan dalam bentuk hafalan.

Para guru dalam setiap memulai dan mengakhiri pembelajaran, selalu mengajak siswa untuk doa bersama , doa memulai pembelajaran dengan membaca surat Al-Fatihah dan doa mencari ilmu, sedang doa mengakhiri pembelajaran dengan membaca surat Al-Asyr dan Syi’iran. dan (4) Semua madrasah diniyah telah melaksanakan evaluasi pembelajaran, meskipun tidak setertib di sekolah / madrasah formal pada umumnya. Ini menunjukkan bahwa, para guru madrasah diniyah sadar akan pentingnya evaluasi pembelajaran untuk mengetahui ketercapaian tujuan atau kompetensi yang telah ditentukan, walaupun dengan prestasi yang berbeda-beda antar masing-masing individu. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan di madrasah diniyah dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu : evaluasi mingguan, evaluasi semesteran dan evaluasi tahunan (Imtihan).


Viewing all articles
Browse latest Browse all 124

Trending Articles