Quantcast
Channel: Pondok Pesantren Al-Khoirot
Viewing all articles
Browse latest Browse all 124

Akidah Pesantren

$
0
0

Akidah Pesantren Al-Khoirot adalah Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja). dengan fikih mazhab Syafi’i, fikrah ideologi tauhid Asy’ariyah, afiliasi kultural NU (Nahdlatul Ulama), pandangan politik bebas aktif dan perspektif keagamaan moderat (wasathiyah).

Jadi, PonPes Al-Khoirot adalah Sunni, bukan Syiah. Fikih mazhab Syafi’i, bukan golongan anti Madzhab. Tauhid Asy’ariyah artinya bukan Wahabi Salafi atau HTI.

Sebelum memutuskan untuk mengirim anak ke sebuah pesantren tertentu, hal pertama yang harus dilakukan adalah ketahui lebih dulu apa akidah, manhaj, ideologi, mazhab fikih dan afiliasi kultural pesantren tersebut. Sebab, apabila salah memilih, maka orang tua akan menyesal di kemudian hari karena anaknya ternyata masuk ke pesantren yang memiliki akidah yang berbeda dengan dirinya. Ada sebagian pesantren yang dengan sengaja menyembunyikan jati dirinya dengan tujuan untuk menjebak santri baru yang berasal dari akidah yang berbeda untuk masuk mungkin dengan harapan agar dapat rekrutmen baru dengan agenda merubah dan mencuci otak generasi muda muslim.

Daftar Isi

  1. Ahlussunnah Wal Jamaah
  2. Mazhab Syafi’i
  3. Fikrah Asy’ariyah
  4. NU (Nahdlatul Ulama)
  5. Moderat
  6. Muhibbin (Pecinta Habaib)
  7. Afiliasi Politik Bebas Aktif
  8. Sikap pada Kelompok Lain

Pondok Pesantren Al-Khoirot (PPA) Malang ingin secara transparan memberitahu publik seluruh identitas PPA terkait manhaj, mazhab fikih dan fikrah dan afiliasi kulturalnya agar para wali santri tidak merasa tertipu ketika memasukkan putra putrinya ke PPA.

Akidah dan Manhaj: Ahlussunnah Wal Jamaah

Secara garis besar, Ahlussunnah Wal Jamaah adalah arus utama Islam yang mengamalkan Quran, Sunnah Nabi dan ijmak ulama.

Dalam Islam ada dua arus besar yang menjadi pembeda utama yaitu Ahlussunnah Wal Jamaah (Sunni) dan Syiah. Pondok Pesantren Al-Khoirot (PPA) adalah penganut Ahlussunnah Wal Jamaah.

Perbedaan Ahlussunnah Wal Jamaah dan Syiah / Ahlul Bait

Perbedaan antara Ahlussunnah Wal Jamaah (di kalangan NU di singkat Aswaja) dan Syiah adalah, pertama, Aswaja mengakui empat khalifah pertama yaitu Abu Bakar, Umar, Usman dan Ali sebagai pemimpin Islam pengganti Nabi (Khalifah) yang absah, sedangkan Syiah hanya mengakui Ali bin Abu Thalib sebagai satu-satunya Khalifah yang sah setelah Nabi dan tidak mengakui tiga Khalifah sebelum Ali serta menganggap Khalifah selain Ali bin Abu Thalib ilegal.

Kedua, dari segi mazhab fikih, Ahlussunnah Wal Jamaah mengakui otoritas Empat Mazhab utama dalam Islam yakni mazhab Syafi’i, Maliki, Hanafi, dan Hanbali. Dengan demikian, maka setiap penganut Aswaja boleh memilih untuk mengikuti salah satu dari empat mazhab fiqih di atas sesuai dengan realitas umat di mana seseorang tinggal. Karena di Indonesia mayoritas umat Islam mengikuti mazhab Syafi’i, maka adalah wajar kalau pesantren umumnya mengikuti mazhab Syafi’i. Sedangkan aliran Syiah, mereka tidak mengakui mazhab fikih yang empat. Syiah Isna Asyariah memiliki mazhab fikih sendiri yang disebut Jafariyah; sedang mazhab fikih Syiah Zaidiyah disebut Al-Hadawiyah.

Ketiga, dalam menyikapi kitab hadits Sahih Bukhari dan Muslim. Aswaja meyakini kesahihan sanad dan periwayat (Arab, rawi atau rijal) seluruh hadits yang ada dalam kedua kitab kumpulan hadits tersebut. Sedangkan Syiah hanya percaya sebagian saja dengan alasan sebagian yang lain rawinya lemah (dhaif).

Keempat, Ahlussunnah Wal Jamaah sangat menghormati seluruh Sahabat Nabi sebagai umat atau generasi terbaik, sedangkan kaum Syiah mengkafirkan sebagian besar para Sahabat utama Rasulullah seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Aisyah binti Abu Bakar dan Sahabat Muhajir dan Anshar, dan ulama salaf termasuk keempat madzhab.

Beda Ahlussunnah Wal Jamaah dengan Wahabi Salafi

Dalam potret besar, Wahabi Salafi termasuk dari bagian Sunni atau Ahlussunnah. Dalam arti, Wahabi salafi bukan Syiah. Namun apabila ditelusuri lebih menukik ke dalam ajarannya, Wahabi tidak sesuai dengan kriteria Ahlussunnah sebagaimana luas dipahami. Ada 4 kriteria agar suatu aliran atau ormas disebut Ahlussunnah.

Pertama, secara akidah mengikuti Asy’ariah atau Maturidiyah.
Kedua, secara fikih mengikuti salah satu madzhab fikih yang empat.
Ketiga, bertasawuf dan tasawufnya mengikuti ajaran tasawuf Al-Junaidi atau Al-Ghazali atau yang selaras dengan keduanya.
Keempat, taat pada ulil amri atau pemerintah yang sah.
Wahabi tidak mengikuti persyaratan di atas kecuali yang nomor 4.

Baca detail: Ahlussunnah Wal Jamaah dan Syiah Islam

Madzhab Fiqih: Fikih Mazhab Syafi’i

Dalam berfikih, Pondok Pesantren Al-Khoirot menganut fikih mazhab Syafi’i baik dari pengamalan maupun dalam segi kitab-kitab kuning yang dikaji. Kitab-kitab mazhab Syafi’i seperti Al-Umm, Al-Muhadzab, Fathul Wahab, dan Iqna’ adalah sebagian kitab fikih yang dikaji secara rutin. Untuk santri senior program Ma’had Aly juga dikaji perbandingan madzhab.


Akidah Tauhid: Tauhid Asy’ariyah

Dalam segi fikrah akidah tauhidiyah, Pondok Pesantren Al-Khoirot mengikuti mazhab fikrah dari Asy’ariyah. Fikrah Asy’ariyah dapat dibedakan dengan fikrah Mu’tazilah, Jabariyah, atau Salafi Wahabi. Aliran terakhir cukup banyak mempengaruhi kalangan sarjana lulusan universitas negeri Arab Saudi.

Afiliasi Kultural: NU (Nahdlatul Ulama)

Secara organisatoris, Pondok Pesantren Al-Khoirot sebagai lembaga maupun individu pengasuh dan pengurus yang ada di dalamnya, tidak terikat secara langsung dengan organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU). Tidak ada satupun dari pengasuh, pengurus dan santri PPA yang menjadi pengurus atau anggota NU maupun organisasi sayap NU seperti GP Ansor, Banser, Muslimat, Fatayat NU, PMII, IPNU dan IPPNU.

Namun demikian, PPA menyebut dirinya sebagai penganut NU kultural yang mengikut prinsip NU dalam bersikap dan beramal antara lain : Menjaga nilai lama yang baik dan mengambil baru yang lebih baik (المحافظة علي القديم الصالح والأخذ علي الجديد الأصلح).

Perspektif Keagamaan: Moderat

Pondok Pesantren Al-Khoirot menganut perspektif al-wasath (moderat) dalam ber-Islam. Perspektif moderat artinya sikap yang berada di tengah-tengah antara dua kutub yang ekstrim, antara terlalu keras dan terlalu lunak. Sikap al-wasath adalah sikap terbaik dan sesuai dengan syariah Islam sebagaimana disebut dalam QS Al-Baqarah 2:143.

Moderat dalam karakter berarti adil, dermawan, sederhana, sabar, jujur, tawadhuk (rendah hati).

Moderat dalam mengatasi permasalahan dan konflik berarti mengedepankan langkah persuasif dan menghindari kekerasan sebisa meungkin.

Moderat dalam pemahaman teks Al-Quran dan Sunnah berarti memahami setiap teks nash kedua sumber utama Islam tersebut secara koprehensif, dan imparsial.

Moderat dalam menyikapi aliran dalam Islam berarti tidak mudah mengkafirkan (takfir), tidak gampang membid’ahkan (tab’idh); tidak asal mensyirikkan (tashrik) golongan lain di luar dirinya. Pada waktu yang sama tetap bersikap kritis pada diri sendiri.

Afiliasi Politik Pesantren

Sikap politik PPA adalah bebas aktif. Itu artinya, secara kelembagaan PPA tidak menentukan pilihan resmi partai apa atau siapa tokoh politik yang dipilih dalam suatu pemilihan umum. Begitu juga para Dewan Pengasuh yang menjadi representasi dari institusi tidak akan menyatakan secara terbuka pilihan politiknya. Namun demikian, PPA menganjurkan kepada setiap pemilih untuk menggunakan hak politiknya dalam menentukan siapa yang paling pantas menjadi pemimpin dan partai apa yang pantas diberi kesempatan.

SIKAP AL-KHOIROT ATAS KELOMPOK LAIN

Ponpes Al-Khoirot memiliki sikap moderat dalam menyikapi kelompok minoritas. Baik minoritas dalam internal Islam maupun di luar Islam. Hal ini merupakan sikap ideal dari Islam itu sendiri yang menyebut umat Islam sebagai umat yang moderat (al-wasath). Allah berfirman dalam QS Al-Baqarah 2:143 “Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.”

Oleh karena itu, terhadap aliran dalam Islam yang perbuatannya tidak ada unsur yang menyebabkan mereka menjadi kafir, maka kami akan tetap mengakui keislaman mereka dengan catatan. Sedangkan bagi yang mengandung unsur kekufuran, kami kategorikan mereka ke dalam golongan non-muslim.

Sikap kami terhadap non-muslim adalah seperti yang tertuang dalam tiga ayat Al-Quran sebagai berikut: Yang pertama tersebut dalam QS Al-Kafirun :6 “Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.”

Kedua, sebagaimana tersebut dalam QS Al-Mumtahanah :8 “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

Ketiga, QS Al-Mumtahanah :9 “Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.”

Sikap Al-Khoirot pada Habaib

Sikap pesantren Al-Khoirot terhadap para Habaib adalah mengikuti langkah yang diambil oleh pendiri dan pengasuh pertama, yaitu KH Syuhud Zayyadi, yang intinya sebagai berikut:

  1. Al-Khoirot adalah muhibbin atau pecinta habaib. Dan sikap ini tidak hanya terlihat dari sikap para pengasuhnya, namun juga dalam kebijakan Al-Khoirot sebagai lembaga. Salahsatunya, Al-Khoirot memberikan beasiswa penuh pada para putra dan putri habaib yang belajar di Al-Khoirot. Beasiswa itu dalam bentuk bebas biaya sekolah dan akomodasi.
  2. Al-Khoirot, baik santri maupun pengasuh, memuliakan dan menghormati seluruh habaib. Baik yang ulama atau bukan.
  3. Namun, terkait soal pandangan  keagamaan dan perilaku sosial budaya kenegaraan, Al-Khoirot mengikuti pandangan para habaib yang dianggap paling sesuai dengan manhaj Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) secara kaffah sebagaimana disebut dalam buku Ahlussunnah Wal Jamaah. Pada era Kyai Syuhud Zayyadi, habib yang jadi panutan adalah Sayyid Amin Al-Kutbi, Sayid Alawi Al-Maliki, Sayid Muhammad bin Alawi Al-Maliki dan para habaib lain yang sejalan dengan para beliau. Pada era saat ini (2011 sampai sekarang), habaib yang menjadi panutan adalah Habib Umar bin Hafidz, dan Habib Ali Al-Jufri serta para habaib lain yang sejalan dengan para beliau tersebut.

Baca juga: Kyai Syuhud sebagai Pecinta Habaib

Artikel ini Akidah Pesantren muncul pertama kali di Pondok Pesantren Al-Khoirot Malang.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 124

Trending Articles